Thursday, November 20, 2014

WHOEVER YOU ARE, THIS WRITTEN BELONGS TO YOU... Well, here is my answer!

Jujur detik ini tanganku bergetar,
mataku memanas,
tahu kan rasanya mengingat sebuah kenangan?
Saat ini, saat dimana aku menulis ini,
rasanya semua memori kembali,
sangat jelas ku ingat darimana semua ini berasal.

2001 adalah tahun yang penting dalam hidupku. Ada keluarga yang baru saja pindah dari Jepang dan menjadi tetangga baruku, tepat berhadapan dengan rumahku.

Keluarga itu terdiri atas sepasang suami isteri dan dua orang anak. Masing-masing bernama om Asep dan tante Lala, serta anaknya bernama Neam (kakak) dan Nena (adik). Mengapa kedatangan mereka menjadi penting?

Om Asep (pemain cello dan piano) dan tante Lala (pemain biola) adalah akademisi sekaligus performer musik, dimana om Asep saat itu sudah berpengalaman menjadi dosen musik di Jepang dan keduanya tentu sudah ratusan kali menjadi pengisi berbagai konser musik, dari yang privat sampai publik (yang ditayangkan di televisi). Kedua anak mereka pun belajar musik. Neam belajar piano (sekarang sudah kuliah dengan major cello di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta) dan Nena belajar biola (berhenti sejak dia menemukan passion lain, kurang ingat tahun berapa, dia menemukan dirinya lebih tertarik pada dunia animasi manga ketimbang musik). Aku bersahabat dekat dengan Neam dan Nena, namun tentu dalam perkembangannya lebih dekat dengan Neam yang persis seumur denganku.

Di rumahku, tidak ada alat musik, jangankan piano, pianika saja tidak ada. Siapa yang mau memainkannya? Sekeluargaku tidak ada yang dapat bermain alat musik. Neam tekun berlatih piano setiap pukul 19.00 malam setelah shalat Maghrib (hidupnya sangat teratur, pagi sampai siang sekolah, sore bermain denganku dan Nena, tepat saat Maghrib kami pulang ke rumah masing-masing, lalu Neam dan Nena akan shalat dan berlatih musik), setiap hari aku dengar bunyi itu... (terbayang kan?) denting piano. Setahun kemudian, aku meminta Neam mengajariku cara memainkannya, dia lah guru piano pertamaku. Lagu pertama yang diajarkannya adalah "Sonatina No.1, Fr.Kuhlau". Kala itu, aku belum bisa membaca not balok, jadi mengingat saja letak-letak tutsnya yang harus ditekan dan tempo lagunya. Selanjutnya, aku pun turut berlatih bersama Neam setiap hari. Ya, setiap pukul 19.00 malam.

Semakin lama semakin sulit untuk kita rutin bertemu, jelas karena dunia akademik yang semakin lama semakin menyita waktu, pikiran, dan tenaga. Tahun 2005, aku mendapatkan sponsor belajar keyboard di Cinere Musik (guruku bernama kak Gya). Aku pun mengiyakannya. Tidak lama belajar keyboard, aku mulai autodidak belajar memainkan electone atau organ agar dapat mengiringi misa atau perayaan Ekaristi (sebutan ibadah bagi umat Katolik) di gereja (karena di Katolik, ibadahnya pasti menggunakan organ, bukan piano atau keyboard, kecuali yang diadakan di luar gereja). Tahun 2006, aku mengiringi paduan suara dalam misa untuk pertama kalinya. Di tahun yang sama, aku menciptakan lagu pertamaku dan selanjutnya terus mencipta lagu sampai lagu terakhir aku ciptakan pada tahun 2012 lalu.

2008, aku dipercaya oleh pembimbing paduan suara di SMP Negeri 85 Jakarta untuk melatih dan mengaransemen untuk tim Vocal Group yang mewakili sekolah di ajang Kompetisi Vocal Group tingkat Jakarta Selatan. Di tingkat kotamadya, kami mendapat juara 2, kemudian bertanding lagi di tingkat provinsi DKI Jakarta dan meraih juara 3. Tidak hanya itu, aku juga dipercaya untuk melatih paduan suara sekolah dan banyak memenangkan berbagai perlombaan paduan suara. Di luar sekolah, aku pun banyak mendapatkan inspirasi dari salah seorang umat di gerejaku yang bernama Michael Edward Bimo A. B. (Akrab ku sapa "kak Bims"). Perkembangan musikku terbilang pesat selama mendapat banyak bimbingan dan masukan dari kak Bims (termasuk tambahan pengalaman mengisi berbagai job bersama dia dan paduan suara atau singers yang dia latih).

Selama mengembangkan bakat musikku, sebetulnya yang paling berpengaruh adalah pengalaman. Bagiku, setiap konser bersama Cinere Musik adalah blessing yang sangat istimewa, begitu juga dengan setiap penampilan di berbagai acara bersama paduan suara maupun singers (Christmas caroling, Wedding events, Birthday parties, mengisi musik di kafe-kafe, dan sebagainya). Tahun 2011, aku mendapat sponsor untuk belajar biola di Cinere Musik (guruku benama pak Hadi) tanpa meninggalkan kelas keyboard bersama kak Gya. Di tahun yang sama, aku untuk pertama kalinya mengisi musik latar untuk sebuah opera yang berjudul "Opera Primadona" bersama dengan abang sepupuku (Hendrick) sebagai music director dan komunitas Teater Palang Merah sebagai penyelenggara dan pelaku utama pertunjukan. Selain itu, di tahun itu aku juga mulai menjadi pelatih Paduan Suara SMA 6 Depok.

Tahun 2012, aku membawa nama SMA 6 Depok berlaga di ajang Festival Musikalisasi Puisi SMA Se-Jabodetabek dan meraih juara 3 (sebagai pelatih dan pengaransemen untuk tim akustik sekolah). Selain itu, aku juga membawa nama band SMA 6 Depok memenangkan juara 1 kompetisi band SMA se-Jabodetabek di ajang Dwi Warna Festival (sebagai keyboardist dan pengaransemen). Di tahun yang sama, aku memutuskan untuk fokus di kelas biola dan berhenti dari kelas keyboard. Pekerjaanku sejak 2012 di luar sebagai music performer bertambah menjadi pengajar juga. Namun, aku banyak menolak tawaran mengajar di institusi (lembaga kursus musik) karena masih sekolah (waktu sangat tidak fleksibel dan tugas-tugas pun sangat padat), jadi aku hanya berkarya sebagai pengajar privat.

Tahun 2013, aku lulus dari SMA dan melanjutkan kuliah di FISIP Universitas Indonesia. Di tahun pertama, aku dipercaya menjadi bagian dari kontingen band FISIP dalam ajang kompetisi UI Art War 2013 dan menjadi music director untuk Mahasiswa Baru Ilmu Politik dalam ajang Gelar Apresiasi Seni Mahasiswa Baru FISIP UI 2013. Di tahun kedua, aku dipercaya oleh KUKSA FISIP UI menjadi juri lomba akustik se-UI dalam ajang KUKSA FISIP Cup 2014. Pada semester ganjil tahun kedua, aku dipercaya menjadi bagian dari kontingen vocal group  FISIP dalam ajang kompetisi UI Art War 2014 (baru saja berlangsung pada 17 November lalu). Di luar kampus, aku juga baru saja terlibat dalam sebuah konser Closing Concert Q-Film Festival "Love, Etc" bersama kak Bims sebagai music director & composer dan aku sebagai pemain keyboard (bersama Del8pan Orchestra, Del8pan Chorus, Del8pan Singers, The Qhoir, The Nelwans, Bonita, dll). Hingga saat ini, aku masih aktif sebagai pengajar piano, organ, maupun biola dan di kontingen vocal group FISIP kemarin, aku juga masih aktif bersama pelatih kami (kak Mike) berkontribusi mengaransemen lagu yang kami bawakan dalam kompetisi.

Yang jelas, musik bukan lah sebuah 2nd job untukku, sampai kapan pun bahkan tidak layak musik ku kategorikan sebagai job. Musik adalah duniaku, sampai kapan pun tidak akan bisa aku keluar darinya, pun dia keluar dariku. Agar tak hambar jiwaku dalam musik, ku jauhkan musikku dari pasar, sejauh langit dari bumi. Biar kan jiwaku terus menjadi jujur dalam musik, biar hanya dua orang dari milyaran manusia di bumi yang mendengarkan dan menjadi penikmatnya, aku bangga karena mereka telah mendengar kejujuran dan kemurnian seni yang datang dari hati. Musik mengajariku tentang makna dari sebuah inspirasi: Ia dapat datang kapan pun, bagaimana pun, oleh dan untuk siapa pun. Maka, senantiasa lah menjadi inspirasi, membuat inspirasi, dengan cara apa pun, dengan caramu sendiri.

Tulisan ini didedikasikan secara khusus bagi dia yang telah bertanya di akun ask.fm penulis dan bagi siapa saja di dunia ini yang menyukai, mengagumi, mempertanyakan, mempelajari, bahkan cinta mati pada musik. 

"Life has been an art, you have set yourself to music, and your days are your sonnets." -Orcar Wilde

No comments:

Post a Comment